Cerpen — Antara Kemarin dan Hari Ini

Written on February 25, 2018 — 3 min read
image-Cerpen — Antara Kemarin dan Hari Ini
image-Cerpen — Antara Kemarin dan Hari Ini
“Loh, Ra kemana aja? Ngilang gitu wae. Gimana kabar?"

Prologue

Pagi itu selepas mengajar saya dikejutkan dengan kemunculan teman saya yang beberapa waktu lalu sempat menghilang tanpa kabar dan tidak melanjutkan kuliah. Akhirnya saya menanyakan dan mengklarifikasi langsung seperti apa benarnya. Singkat cerita bahwa dia sekarang memutuskan untuk bekerja dan melanjutkan kuliah di daerah tempat dia bekerja. Dia menceritakan juga apa alasan dan bagaimana dia bisa kerja di sana. Dari apa yang dia ceritakan, alasan dia sangat masuk akal kenapa dia mengambil keputusan yang demikian. Menurut saya selama kita tahu benar apa yang kita lakukan, walaupun terlihat "tidak biasa" di mata orang, itu jauh lebih baik daripada kita melakukan atas dasar ikut-ikutan.

“Eh Ra, nyangka nggak kalau kamu bakal ada di titik kamu sekarang ini? Perasaan dulu zaman pertama masuk kuliah nggak ada tuh ngomong-ngomong bakal keluar di tengah jalan dari ini kampus, tapi sekarang?”

Kami berdua sama-sama tertawa.

Reflection

Jika dipikir-pikir, memang durasi hidup sesingkat itu. Antara kemarin dan hari ini. Ya, kita tidak pernah menduga ternyata apa yang terjadi hari ini sangat bertolak belakang dari apa yang kita ekspektasikan kemarin. Mungkin kadang sedikit selaras, tetapi banyak hal yang tidak pernah kita sangka terjadi. "Perasaan baru kemarin jadi maba, sekarang udah semester tua aja", "Ih, kok cepet banget sih? Perasaan kemarin masih main bareng, sekarang udah nikah aja", "Eh baru kemarin loh aku liat dia biasa aja, kok sekarang udah sukses aja", dan pernyataan semisal lainnya.

Bahkan bisa jadi nasib akhirat kita ditentukan antara kemarin dan hari ini. Yang pada mulanya kemarin surga, ternyata hari ini neraka. Pun sebaliknya. Kita tidak tahu pastinya. Mari sejenak merenungkan, antara hari ini dan kemarin, sudah kah kita alpa menabur kerikil dosa? Antara hari ini dan kemarin, lebih banyak mana yang terucap dari lisan kita, keluhan atau syukur kepada Tuhan?

Antara hari ini dan kemarin, semoga selalu terselip maaf dan pengampunan dari Nya untuk kita.

Conclusion

Lalu apa yang harus kita lakukan?

Syukuri apa yang telah kita lalui kemarin. Bila itu menyakitkan, relakan. Anggap semua itu sebuah pelajaran. Bekal kehidupan yang akan kita gunakan untuk menghadapi hari-hari ke depan. Kemudian, lakukan yang terbaik untuk hari ini. Jadikan hari ini waktu terbaik kita. Optimalkan apa yang kita miliki untuk hari ini. Menebar kebaikan, beramal, ibadah, tidak membuang-buang waktu. Karena bisa jadi esok tak sedekat yang kita kira. Bisa jadi esok tidak pernah terjadi. Jikalau Tuhan masih memberikan kita umur panjang setidaknya nanti kita tidak pernah menyesali apa yang telah kita kerjakan hari ini. Hari ini akan menjadi kisah terbaik yang kita kenang dan ceritakan kepada anak cucu kita.

How do you like this article?
0

© 2024 hanihusam. All rights reserved.