Cerpen — Ke(tidak)sengajaan

Written on January 20, 2019 — 3 min read
image-Cerpen — Ke(tidak)sengajaan
image-Cerpen — Ke(tidak)sengajaan

Prologue

Hanya tinggal beberapa jam, aku masih belum bisa menenangkan laju pikirku. Begitu cepat sehingga hatiku pun ikut berdegup tak beraturan. Beberapa kali aku meminta seseorang untuk mengambilkanku segelas air putih, berharap dengan meminumnya ketenangan pikiran dan hati segera menguasai. Tiba-tiba ingatanku terlempar jauh bertahun-tahun dari hari ini.

Flashback

Kala itu hujan sore hari mengguyur tiba-tiba, tanpa permisi, tanpa ada tanda-tanda, tanpa ada persiapan. Dengan sedikit kesal aku terpaksa harus menepi mencari tempat singgah untuk berteduh. Padahal belum jauh aku memacu kendaraan dari tempat aku berangkat. Tidak lama kamu datang tiba-tiba, tanpa permisi, tanpa ada tanda-tanda, tanpa ada persiapan. Kamu memilih tempat berteduh yang sama denganku. Entah disengaja atau tidak, yang jelas sore itu kita berada di emperan toko yang sama. Hanya berdua. Dengan obrolan sederhana. Ternyata ke(tidak)sengajaan pertemuan dan kebersamaan itu ternyata tidak berhenti seketika hujan berhenti sore itu. Beberapa kesempatan setalah itu kita ternyata lebih sering dipertemukan. Aku baru tahu ternyata kamu juga tergabung ke dalam komunitas kepedulian sosial sama sepertiku. Bermula dari obrolan sederhana kala itu, ternyata kini kita lebih sering bertemu dan mengobrol. Mengobrolkan tentang banyak hal. Pernah di suatu kesempatan kamu membicarakan tentang ke(tidak)sengajaan(mu)-Nya yang menjadikanmu tiba-tiba izin ke toilet di tengah kelas perkuliahan. Ternyata salah satu keran wastafel belum dimatikan dan menyebabkan air tumpahruah membasahi lantai. Dan kamu menarik kesimpulan, “Oohhh, ternyata aku ke kamar mandi karena disuruh matiin keran juga. Hahaha, aneh ya, apa orang lain pernah berpikiran hal serupa ya?”.

It Happens Reasonable.

Takdir berjalan misterius. Sama seperti ketidaksengajaan pertemuan kita yang nyatanya adalah kesengajaan dari Nya. Bahwa apa yang kita lakukan merupakan ketetapan-Nya. Dan kita adalah wujud ke(tidak)sengajaan itu.

Ketika kita dipertemukan dengan orang-orang yang kita temui sekarang ataupun pernah kita temui, dengan permasalahan yang sedang ataupun telah kita hadapi, semua itu ada hikmahnya. Semua ada pelajaran di dalamnya. seberapa banyak pelajarannya itu tergantung dari seberapa dalam kita bisa memahaminya dari setiap celah yang ada. Dan setiap pertemuan memiliki hikmahnya masing-masing. Tahu kan kalau orang-orang yang memiliki tujuan yang sama akan dipertemukan di perjalanan ? Dan yang tahu itu kenapa diri kita sendiri, atau bisa jadi masih menjadi misteri. Itu kenapa Allah selalu bilang segala sesuatu pasti ada hikmahnya untuk kita petik, bagi kita orang-orang yang mau berpikir. Hikmah dan pelajaran itu bentuknya macem-macem. Tinggal kita ingin menyikapinya dengan sabar dan syukur atau dengan kufur.

Dan aku jadi mengerti maksud ke(tidak)sengajaan pertemuan kita waktu itu. Berada di emperan yang sama dan tidak saling kenal. Tapi menghindari hal yang sama dan menunggu hal yang juga sama, hujan reda. Kita tidak saling mengenal. Aku datang dari mana dan kamu entah dari mana. Tapi kemudian pulang kehujanan. Tiba-tiba, tanpa permisi, tanpa ada tanda-tanda, tanpa ada persiapan. Aku menjadi tahu sejak saat itu bahwa entah apa jadinya kalau hujan tidak jatuh sore itu, dan kita tidak dipertemukan kemudian di satu komunitas yang sama.

Jawaban atas takdir dan segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita memang seringnya hadir belakangan. Butuh beberapa waktu bahkan beberapa tahun. Dan kuncinya adalah sabar.

Dan jawaban dari kesabaranku adalah hari ini. Hikmah dari ke(tidak)sengajaan sore itu adalah hari ini. Sekarang aku lebih tenang. Aku siap untuk menjabat tangan ayahmu dan mengucap kata “qobiltu”.

How do you like this article?
0

© 2024 hanihusam. All rights reserved.