Cerpen — Tanggungjawab Diri

Written on January 20, 2019 — 2 min read
image-Cerpen — Tanggungjawab Diri
image-Cerpen — Tanggungjawab Diri

Prologue

Siang itu aku membiarkan kepalaku merebah sejenak di atas meja kerjaku. Pusing sekali rasanya. Disamping tugas-tugas yang masih jauh dari kata selesai, muncul juga pikiran-pikiran lain yang berputar di dalam kepalaku.

Dalam aku berpikir. Bertanya pada diriku sendiri, apa yang aku kerjakan selama ini, sesemua yang aku miliki, sudahkah berarti? Sudahkah bermanfaat bagi orang lain? Sudahah Allah ridhoi? Kembali aku mencoba mengangkat kepala dan melihat layar laptopku. Rasanya masih berat untuk mulai mengerjakan lagi.

Tiba-tiba terlintas ingatan tentang nasehat ibu dulu,

Flashback

“Le, mungkin kamu kelak akan lebih berada dari ibu dan bapakmu sekarang. Jika pun tidak, ibu dan bapak juga tidak mengapa. Ibu sama bapak tetap bangga. Pesen ibu, syukuri apapun kamu adanya. Mau kaya, berkecupan, maupun kekurangan. Karena sejatinya kita ini papa di hadapan Yang Maha Kaya. Semua yang kita miliki hanyalah titipan yang kelak akan dipertanggung jawabkan. Entah itu dititipin banyak ataupun sedikit sesemuanya akan dipertanyakan. Jadi pesen ibu, niatkan semua lillahi ta’alaa ya, Le. Karena sesemua yang lillah akan bernilai berkah.”

Aku memandanginya lekat waktu itu.

“Untuk sesemua yang kamu miliki cukupkan lah, jangan berlebihan. Hiduplah sederhana. Sederhanalah dalam hidup, tetapi tidak dalam berbuat baik.”

Aku tersenyum dan langsung memeluknya kala itu.

“Maaf ya Le, ibu cuman bisa ninggali kamu nasehat, yang semoga saat ibu bapak sudah tidak ada nanti, ini bisa lebih berharga dari tinggalan harta yang ibu bapak punya.”

Dan sekarang mereka telah tiada. Aku rindu nasehat-nasehat itu.

How do you like this article?
0

© 2024 hanihusam. All rights reserved.